Kita hanya dapat membayangkan bagaimana cepatnya waktu berlalu. Ternyata sudah berselang lebih dari sepuluh tahun cowok-cowok 98 Degrees menghilang dari industri rekaman. Dan kini, mereka melakukan reuni dan memberi nyawa baru dalam sound yang mereka tampilkan: pop. Bagi Drew Lachey, salah satu pentolan boyband (or should I say manband) ini, menyajikan pop ke dalam menu utama musik mereka adalah tantangan tersendiri. Mereka dikenal dengan gejolak black music; R&B dan soul di antara galaksi grup vokal cowok yang mengabdi pada ciri pop. Jadi kehidupan baru 98 Degrees adalah nyawa pop yang terhembus lewat ‘Microphone‘.
Untuk mewujudkan single ini menjadi nyata, Nick Lachey dkk dibantu oleh penulis asal Brazil, Kaio Campadelli. Struktur musiknya edgy; terasosiasi antara retro dan meodern. Menyisakan chorus sebagai bagian yang paling edgy dari semua. Tata vokal falsetto menciptakan harmonisasi yang tidak biasa. Sementara pembagian porsi solo yang tampak tak berubah sama sekali. Nick memperoleh seperti separuh dari durasi lagu, Jeff Timmons seperempatnya, dan sisanya adalah bagian bersama. It works, it really does. Dalam segala konsep baru yang ditawarkan, ada sesuatu yang berasa “dulu” sehingga tidak sepenuhnya membuat pendengar merasa asing dengan mereka.
Konten dewasa yang terkandung dalam lirik lagu ini adalah penerapan metafora yang jenius, brilian, dan elegan, meskipun bukan ide yang orisinil. (Lady Gaga bermain “disco stick”, that’s original.) Penawaran “we could be a two piece band” terdengar seksual, tetapi tidak erotis. Ada pula fun fact yang mereka ungkap disini. Seperti “when I’m done with you, you’ll be able to carry a tune” dan “you can make no mistakes“. That’s like humanity, human instinct. Dan mereka menyajikannya dengan gaya, hingga pada akhirnya kita tak lagi berpandangan porno pada ‘Microphone’-nya 98 Degrees ini.
0 komentar:
Posting Komentar